| 0 komentar ]

Kawasan Monumen Simpang
Lima Gumul yang didirikan
Bupati Kediri Sutrisno mulai
mangkrak. Padahal proyek
tersebut sudah menelan
anggaran hampir Rp 300 miliar
dari APBD.
Saat ini mega proyek yang
terletak di Desa Tugurejo,
Kecamatan Ngasem itu mulai
difungsikan macam-macam
oleh masyarakat sekitar. Selain
untuk menjemur jagung, badan
jalan yang mampu menampung
empat kendaraan roda empat
sekaligus itu juga beralih fungsi
menjadi ajang balapan liar.

Hampir setiap malam ada anak
kebut-kebutan di sini. Beberapa
di antaranya ada yang
meninggal,
” kata Ny Tatik,
pemilik warung di kawasan SLG,
Jumat (3/7).
Menurut perempuan berusia 40
tahun ini, kawasan SLG memang
menarik siapapun untuk
beraktivitas di tempat itu.
Selain menjadi tempat olah
raga, beberapa Pekerja Seks
Komersial juga diketahui
mangkal di kawasan itu. Kondisi
inilah yang membuat warga di
sekitar lokasi itu resah.
“ Kalau
ada yang balapan selalu diusir
dan dilempar dengan batu oleh
warga,
” kata Tatik.
Berdasarkan pantauan Tempo,
kawasan yang hendak disulap
menjadi pusat bisnis oleh
Bupati itu memang terlihat sepi
dan kurang bermanfaat bagi
masyarakat. Sebab menurut
paparan Bupati pada awal
pembangunannya tahun 2002
lalu, kawasan itu akan
diperuntukkan menjamu para
pengusaha agar menanamkan
investasi di Kediri. Hal itu sesuai
dengan visi Bupati yang ingin
menggeser karakteristik
masyarakat Kediri dari agraris
menjadi industri.
Sejumlah tenaga bangunan
yang biasanya terlihat di
kawasan itu sejak beberapa
hari terakhir tidak tampak.
Padahal sejumlah bangunan
seperti pertokoan dan ruang
pertemuan eksekutif belum
selesai didirikan. Hal itu
menyisakan lubang-lubang
tanah yang cukup besar di
tanah subur bekas pertanian
yang hendak ditanami paku
bumi.
Juru bicara Pemerintah
Kabupaten Kediri Eko Setiono
membantah sengaja
menghentikan pembangunan
SLG. Kalaupun sedang istirahat,
hal itu bukan akibat proses
hukum yang tengah dilakukan
Polda Jatim atas dugaan korupsi
dalam pelaksanaannya.
“ Bupati
tidak pernah memerintahkan
berhenti. Kita akan tetap jalan
untuk menyelesaikan proyek
ini,
” katanya.
Anggota Lembaga Swadaya
Masyarakat Al Haraka Munasir
Huda meminta Bupati Sutrisno
lebih bersikap realistis dengan
proyek tersebut. Apalagi masa
jabatannya akan segera
berakhir satu tahun mendatang
setelah memimpin dua periode
berturut-turut.

Masyarakat ditinggali
bangunan mahal yang belum
berfungsi. Ini seperti proyek
lapangan terbang di
Banyuwangi yang tidak jelas
ujung pangkalnya,
” kata Huda.

0 komentar

Posting Komentar